Kurang Tidur

Kecelakaan bisa terjadi di mana saja. Di jalan, mobil, bus, truk, ataupun sepeda motor menabrak. Pejalan kaki pun ditabrak. Di pabrik, operator kehilangan jari lantaran terjepit roda mesin. Di kantor, manajer yang kelelahan mengambil keputusan yang keliru. Semua ini bisa terjadi, antara lain, karena satu hal: kurang tidur.

Setelah tidak lagi menjabat Presiden AS, Bill Clinton pernah bercerita tentang dampak kekurangan tidur. “Dalam karier politik saya yang panjang,” kata Clinton, “sebagian besar kesalahan yang saya perbuat, saya melakukannya ketika terlampau letih.” Dan menurutnya, terlalu banyak anggota Kongres dari kedua partai (Republik dan Demokrat) yang kurang tidur. “Kurang tidur mengurangi kemampuan Anda untuk rileks dan menghargai pendapat orang lain,” ujar Clinton.

Kita kerap menyangka bahwa kita sanggup terjaga dalam jangka waktu lebih dari 16 jam dalam sehari. Kita begadang saat ngebut menyelesaikan pekerjaan. Kita merasa sanggup mengemudikan mobil kendati usai bekerja dari jam 6 sampai 9 malam. Pernahkah kita mencermati bahwa kemudian kita merasakan badan kurang nyaman, apa lagi jika kita terus-menerus kurang tidur?

Sehari saja kita begadang, kita membutuhkan tidur lebih dari 8 jam untuk memulihkan kondisi fisik—istilahnya “balas dendam”. Bahkan, seringkali upaya pemulihan dengan tidur “balas dendam” ini tidak benar-benar mampu seketika memulihkan kondisi tubuh menjadi segar kembali.